365 Halaman Tentang Sabar

Ibarat sebuah buku, 2019 adalah sekuel dari sebuah roman panjang yang belum tuntas di 2018. Dalam sekuel itu, ada banyak cerita baru yang mungkin tidak ditemukan di 2018. Namun, bisa jadi hal tersebut juga sebagai implikasi dari hal-hal yang telah terjadi sebelumnya.

Ah ya. Aku tidak tahu mengapa, tapi kupikir 2018 menyisakan banyak sekali borok dan luka-luka yang menunggu untuk sembuh.


Masih dengan orang-orang yang sama, kupikir 2019 adalah waktu di mana masa krisis usia 20anku harusnya mulai selesai. Aku akan 24 tahun di tahun ini, which means aku beberapa tingkat lebih dewasa dari yang selama ini kupikir --hmm, aku selalu mikir aku masih 17 tahun.

Di 2019, aku tidak berharap banyak selain perasaan sabar untuk tetap berjuang pada apapun yang masih bisa diperjuangkan.

Tapi sabar itu tidaklah pasif.
Sabar bukan berarti membiarkan apapun menyapu bersih wajahmu sebagai bagian dari "takdir" yang digariskan akan kita semua terima sebagai manusia. Tapi sabar semestinya lebih dari itu.

Sabar adalah berhenti mengeluh. Sabar adalah usaha untuk tetap mampu mengontrol tindakan dan ucapan atas semua hal yang membuatmu babak belur.

Ada 365 halaman buku tentang sabar dan ini baru terbaca secuil tentang pembukaan. Hari masih panjang. Perjalanannya masih sangat jauh.


Share: